JAMBI28TV, JAKARTA – PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), perusahaan induk PT Cakrawala Andalas Televisi Tbk (ANTV), memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap seluruh karyawan divisi produksi. Keputusan ini diambil sebagai langkah efisiensi untuk mengurangi beban pengeluaran perusahaan agar tetap bertahan di industri pertelevisian yang semakin tertekan.
Direktur PT Visi Media Asia Tbk, Neil R. Tobing, menyebut bahwa langkah tersebut diambil untuk memangkas biaya tetap perusahaan yang sebagian besar berasal dari pengeluaran untuk karyawan. “Satu-satunya cara untuk survive adalah bagaimana kita melakukan efisiensi operasional. Salah satunya adalah bagaimana kita mengurangi fixed cost. Fixed cost, saya nggak enak ngomongnya, tuh biaya karyawan,” ujar Neil dalam acara Public Expose di Bakrie Tower, Senin (23/12/2024).
Alasan Utama PHK Massal
Neil menjelaskan bahwa keputusan ini tidak dapat dihindarkan, mengingat penurunan pendapatan perusahaan yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk:
- Peralihan ke TV Digital (ASO)
Proses analog switch-off (ASO) yang diterapkan pemerintah, yakni peralihan siaran TV analog ke digital, berdampak pada penurunan penetrasi pasar. Hal ini diakui oleh Direktur PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), Arhya Winastu Satyagraha. “ASO memiliki performance yang cukup terdampak, terutama pada fase awal pelaksanaannya,” ujar Arhya. - Turunnya Minat Masyarakat terhadap TV Konvensional
Sejak 2019, masyarakat mulai beralih dari TV konvensional ke layanan streaming dan digital lainnya. Kondisi ini diperparah oleh pandemi Covid-19 yang mengubah pola konsumsi hiburan masyarakat. “Sejak itu [2019] dengan adanya Covid-19 juga kemudian dilanjutkan oleh ASO memang belum terjadi rebound,” kata Neil.
Dampak pada Industri Pertelevisian
ANTV bukan satu-satunya perusahaan media yang merasakan dampak beratnya persaingan di industri pertelevisian. Penurunan minat masyarakat terhadap siaran televisi konvensional menyebabkan banyak perusahaan media melakukan langkah serupa.
Kondisi ini menggambarkan transformasi besar di industri penyiaran, di mana platform digital menjadi pilihan utama konsumen. Dengan demikian, perusahaan yang tidak mampu beradaptasi menghadapi risiko kerugian yang besar, seperti yang dialami ANTV.
Harapan dan Langkah ke Depan
Meski langkah PHK ini merupakan keputusan yang sulit, Neil berharap langkah efisiensi tersebut dapat membantu perusahaan tetap bertahan di tengah tantangan industri. Selain itu, perusahaan diharapkan dapat berinovasi dalam menciptakan konten yang lebih relevan dengan kebutuhan audiens digital.
Arhya juga menekankan pentingnya strategi adaptasi yang lebih matang untuk mengatasi dampak dari penerapan ASO dan perubahan pola konsumsi masyarakat. “Kami perlu memastikan keberlanjutan bisnis dengan memperhatikan preferensi audiens yang semakin kompleks,” tambahnya.