JAMBI28 TV – Hidup terpencil dan jauh dari pemukiman warga, membuat kakek berusia 75 tahun bernama Mbah Loso Sudirman, wargan jalan Mustika, RT 09, Kecam,atan Pall Merah Lama, Kota Jambi, harus bertahan hidup dengan tingal dikandang kambing.
Kakek renta yang hidup sebatang kara ini, terpaksa menjalani hidupnya berhari-hari, dengan tingal di gubuk tua dengan dua ekor kambing peliharaannya.
Selain kambing, Mbah Loso juga memlihara beberapa ekor ayam dan bebek.
Mbah Loso sendiri sudah 15 tahun tingal digubuk tua ini.
Sehari-hari, Mbah Loso hanya dapat memtik sayur angkung dan bayam, yang tumbuh liar tak jauh dari rumahnya.
Selain untuk dijual kembali olehnya, sayuran itu juga kerap dimasaknya untuk bertahan hidup sehari-hari.
Selain menjual sayur-sayuran, Mbah Loso juga menjual buah kelapa dan pepaya.
kehidupan Mbah Loso ini jauh dari mkata layak, keadaaan rumah Mbah Loso sangat tidak nyaman, karena kotor dan berbau.
Gubuk tuana beratap seng yang telah bocor, dan beralas tanah yang penuh dengan kotoran kambing, ayam dan bebek.
Dua ekor kambingnya ini, merupakan harta berharga milik Mbah Loso saat ini, kambing yang dibelinya sejak kecil dari uang yang ia kumpulkan dari sebagian bantuan oleh warga sekitar, maupun hasil berjualan sayur itulah, ia rawat hingga besar, yang merupakan teman hudup Mabh Loso dalam usia senjanya kini.
Mbah Loso ini memang sudah lama terpisah dari keluarganya didaerah pulau Jawa tepanya didaerah Kebumen, Jawa Tengah, sejak 48 tahun lalu.
Bahkan, ia sudah tidak bisa menghubungi sanak keluarganya lagi.
“Sudah 15 tahun tingal disini, tingal disini sama piaraan, saya tak terganggu, dulu ada bantuan Pak Gubernur HBA sebenarnya sudah mau dinamgun lagi tapi Pak HBA tidak jadi Gubernur lagi, suka duka ngak ada ya alakadarnya saja, untuk makan ya jual sayur kangkung kadang ambil kelapa yang jatuh, orang Jawa belum pernah kesini sudah pada ngak ada,” jelas Mbah Loso Sudirman.
Dulu sebelum ada gubuk, Mbah Loso pernah mendapat bantuan saat Gubernur Hasan Basri Agus (HBA), dengan membuat rumah sederhananya saat ini.
Namun kini, bantuan pemerintah belum pernah ia rasakan, hanya sebagian warga saja yang selalu peduli akan kehidupan Mbah Loso saat ini.
“Setahu saya dia bujangan dari dulu sampai sekarang belum pernah menikah, kalau warga ada yang perhatian ada bantuan sedikit untuk Mbah, keluarga tidak tahu bahkan menyangka Mbah sudah tinggal sebatang kara, sudah 48 tahun, tapi kalau ditanya dia sudah ngak jelas, kehidupannya seperti ini, dia tingal disini karena tanah orang, sehari-hari jual hasil seperti kangkung, jual kelapa, memang tinggal dikandang kambing, bebek, ayam,” jelas maulana
Meski tak mendapat perhatian pemerintah saat ini, namun Mbah Loso selalu bersyukur atas karunia sang pencipta, dan menjadikan rasa syukur itu sebagai penyemangat Mbah Loso selama ini.
Hidup tua dengan pantang menyerah apalagi berharap iba, darinya tidak ingin merepotkan orang lain hingga tuhan memanggilnya pulang nanti.