JAMBI28TV, JAMBI – Dua tahun berlalu semenjak maraknya wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 membuat masyarakat di seluruh dunia khususnya di Indonesia mengalami perubahan gaya hidup. Dengan tujuan mencegah penyebaran Covid-19, WHO menghimbau setiap orang untuk membatasi interaksi langsung dengan orang lain.
Oleh karena itu terjadilah perubahan dari setiap segi kehidupan masyarakat mulai dari aktivitas pemerintahan, ekonomi, kesehatan, sosial serta pendidikan. Dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia membuat sistem pendidikan di Indonesia tidak bisa berjalan dengan semestinya.
Dengan tidak diperkenankannya untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka membuat pembelajaran harus dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi digital. Dengan berlakunya kebijakan tersebut membuat penggunaan teknologi digital di Indonesia menjadi meningkat serta aplikasi seperti WhatsApp, Google Classroom, Google Meet dan Zoom menjadi aplikasi yang sering dipakai dalam metode pembelajaran.
Aktivitas tersebut terus berjalan selama dua tahun hingga pada tahun 2022, setelah PPKM secara berkala diberhentikan, kehidupan masyarakat di Indonesia telah berjalan seperti semula khususnya pada kegiatan pendidikan. Namun meskipun seperti itu, pemanfaatan teknologi digital pada proses pembelajaran tampaknya telah menciptakan budaya baru dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan teknologi digital dalam dunia pendidikan nyatanya memiliki manfaat dan sangat membantu dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang kemudian dilihat sebagai peluang dalam menciptakan transformasi pendidikan di Indonesia.
Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan Republik Indonesia melihat peluang tersebut untuk menciptakan transformasi pendidikan di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai cara yang baik dan berkelanjutan. Transformasi tersebut dilakukan dengan berfokus pada pengembangan platform digital yang fokus di dunia pendidikan. Namun transformasi pendidikan ini bukanlah perkara yang mudah, apalagi dengan memanfaatkan teknologi digital. Hal ini bisa kita lihat dari evaluasi terhadap pembelajaran luar jaringan yang dilaksanakan selama masa PPKM. Masalah utamanya adalah pada kesehatan mental siswa dimana selama melaksanakan pembelajaran luar jaringan tersebut banyak siswa-siswi yang merasa stres. Hal ini dikarenakan siswa harus duduk terus menatap layar selama kurang lebih 4-8 jam per hari untuk mengikuti kelas. Selain itu guru-guru pun merasa kebingungan, tidak hanya dari segi penggunaan teknologinya tetapi juga karena materi dan muatan yang diajarkan tampaknya tidak tersampaikan dengan baik kepada murid.
Dengan adanya permasalahan tersebut sepertinya kita sudah mengetahui bahwa transformasi pendidikan ini bukanlah perkara yang mudah untuk dilaksanakan, terlebih apabila metode yang digunakannya adalah dengan memanfaatkan teknologi digital. Oleh karena itu penting untuk memperhatikan dua aspek utama dalam menciptakan transformasi pendidikan berbasis teknologi digital di Indonesia. Aspek tersebut adalah aspek sumber daya manusia dan aspek infrastruktur.
Sumber Daya Manusia
Kita tahu bahwa dunia saat ini telah memasuki masa revolusi industri 4.0 dimana dalam setiap kegiatan masyarakatnya memanfaatkan teknologi digital. Begitu pula yang terjadi di Indonesia dimana hampir seluruh masyarakat Indonesia memiliki dan dapat mengoperasikan setidaknya satu buah teknologi digital dan yang paling sering digunakan adalah gadget. Bahkan dalam fenomena sekarang ini gadget tidak hanya dipandang sebagai sebuah alat yang membantu kehidupan manusia saja, lebih jauh lagi gadget telah menjadi kebutuhan masyarakat yang dalam konteks ekstrim dapat menyebabkan kecanduan pada masyarakat.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 88,99 persen anak berusia lima tahun keatas mengakses internet untuk media sosial. Dari data tersebut kita dapat melihat bahwa anak-anak di Indonesia telah mengenal gadget dan media sosial. Namun tingkat penggunaan internet tersebut tidak sebanding dengan kecakapan anak-anak tersebut dalam memanfaatkan gadgetnya untuk kepentingan pembelajaran. Imbasnya adalah anak-anak menjadi kecanduan terhadap gadget namun tidak dapat memanfaatkan gadgetnya untuk media pembelajaran.
Kemudian kendala pun tidak hanya dirasakan oleh muridnya, guru-guru pun tidak jarang mengalami kendala dalam proses pembelajaran luar jaringan. Kesulitan dalam pembuatan kurikulum yang sesuai serta penggunaan teknologi yang terbatas tidak jarang mempengaruhi kualitas pembelajaran yang diberikan oleh guru. Permasalahan yang dialami oleh murid dan guru ini tidak jarang dapat berimbas kepada pihak lain seperti orang tua murid. Pada beberapa murid, selama melaksanakan pembelajaran luar jaringan ada yang tugas-tugasnya ini dikerjakan oleh orang tuanya.
Hal inilah yang menjadi permasalahan sumber daya manusia dalam menciptakan transformasi pendidikan dengan menggunakan teknologi digital. Sebelum melaksanakan transformasi tersebut, sumber daya manusianya haruslah siap terlebih dahulu. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan kualitas sumber daya manusianya terlebih dahulu dengan cara memberikan pelatihan dan bimbingan bagi para guru dalam menyusun kurikulum yang sesuai dan dalam memanfaatkan teknologi digital dengan baik, memberikan pendidikan dalam memanfaatkan teknologi digital bagi para murid agar dapat memanfaatkan gadget dengan baik serta memberikan orang tua murid bekal dalam mendidik anaknya mengenai literasi digital. Dengan begitu sumber daya manusia yang ada di Indonesia akan siap terlebih dahulu sebelum transformasi dilaksanakan.
Sarana dan Infrastruktur
Kemudian, aspek yang kedua adalah sarana dan infrastruktur. Berbicara mengenai pemanfaatan teknologi maka kita akan berbicara mengenai ketersediaan teknologi dan hal-hal yang mendukung teknologi tersebut. Jika dalam transformasi ini kita akan menggunakan teknologi digital maka sarana dan infrastrukturnya pun harus sudah siap terlebih dahulu seperti satelit, kabel, area wifi dan juga menara pemancar layanan 4G. Pengadaan sarana dan infrastruktur ini tampaknya adalah hal yang cukup sulit untuk dilaksanakan, pasalnya di Indonesia sendiri pada tahun 2022 masih terdapat sebanyak 62 daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) yang bahkan listrik pun masih jarang ditemukan di sana. Di daerah yang seperti itu jangankan berbicara mengenai transformasi pendidikan digital, pendidikan reguler pun tampaknya belum dapat direalisasikan. Jangankan membuat menara pemancar layanan, bangku sekolah dan papan tulis pun sudah belasan tahun tidak diganti.
Dengan begitu bagi daerah 3T, maka sebelum menciptakan transformasi pendidikan digital terlebih dahulu haruslah menciptakan pendidikan yang layak bagi mereka. Namun bukan berarti transformasi pendidikan digital ini belum saatnya untuk dilakukan, dengan perbedaan situasi pendidikan di tiap daerah di Indonesia maka sebaiknya transformasi ini tetap dilaksanakan namun tidak semua daerah harus melaksanakannya dengan mempertimbangkan kesiapan daerah tersebut dari segi sarana dan infrastruktur.
Pada intinya sebelum melakukan transformasi pendidikan berbasis teknologi digital, terlebih dahulu kedua aspek tersebut haruslah terpenuhi. Pertama adalah kesiapan dari sumber daya manusianya dan yang kedua adalah sarana dan infrastruktur yang mendukung. Dengan begitu transformasi pendidikan berbasis teknologi digital siap dilaksanakan dan lebih jauh lagi akan berhasil. Terakhir yang tidak kalah penting adalah pemahaman bahwa kunci utama pendidikan adalah interaksi yang baik antara guru dan murid yang tidak dapat digantikan oleh teknologi secanggih apapun, maka dari itu perlu diingat bahwa interaksi tersebut haruslah selalu menjadi hal yang utama mau seperti apapun metode yang dipakai.
Oleh: Della Oferischa
Mahasiswa program pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas Jambi
- Tempat/Tanggal Lahir: Sungai Penuh, 18 Desember 1992
- Alamat: Dusun Pembangunan RT.07 Desa Pauh, Kecamatan Pauh