JAMBI28.TV, JAMBI – Batu Bertulis Karang Berahi adalah salah satu situs sejarah yang sangat penting di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Ditemukan pada tahun 1904, batu ini menjadi saksi bisu dari peradaban besar yang pernah menguasai wilayah Sumatra, yaitu Kerajaan Sriwijaya. Diperkirakan berasal dari abad ke-7 Masehi, Batu Bertulis Karang Berahi berisi tulisan dalam aksara Pallawa yang memuat kutukan bagi mereka yang tidak patuh kepada raja. Selain sebagai peninggalan sejarah yang bernilai tinggi, batu ini juga memberikan wawasan yang sangat berharga tentang budaya dan sistem pemerintahan pada masa kejayaan Sriwijaya.
Penemuan Batu Bertulis Karang Berahi
Pada tahun 1904, sebuah penemuan yang sangat signifikan terjadi di wilayah Merangin, Jambi. Batu bertuliskan naskah kuno ditemukan di sebuah daerah yang dikenal dengan nama Karang Berahi. Batu ini menarik perhatian para arkeolog dan sejarawan karena tulisan yang terukir di atasnya menggunakan aksara Pallawa, yang diperkirakan digunakan pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Penemuan ini membuka sebuah jendela baru untuk memahami kehidupan dan kebudayaan masyarakat pada masa lalu di wilayah yang kini dikenal sebagai Jambi.
Batu Bertulis Karang Berahi ditemukan di salah satu kawasan yang terletak di daerah pegunungan, dan lokasi ini dipilih karena memiliki posisi yang strategis dalam sejarah perdagangan dan kebudayaan di masa Kerajaan Sriwijaya. Letaknya yang cukup tersembunyi menunjukkan bahwa situs ini mungkin memiliki hubungan dengan sistem pemerintahan dan kebudayaan yang terorganisir dengan baik pada zaman itu.
Tulisan Pallawa pada Batu Bertulis

Salah satu hal yang paling menarik dari Batu Bertulis Karang Berahi adalah tulisan yang terukir di atasnya. Tulisan tersebut menggunakan aksara Pallawa, yang merupakan salah satu jenis aksara kuno yang digunakan di wilayah India Selatan dan sebagian wilayah Asia Tenggara pada masa itu. Aksara ini sangat penting karena menjadi salah satu bukti pengaruh budaya India yang sangat besar di wilayah Asia Tenggara, khususnya di kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya.
Naskah yang terukir di Batu Bertulis Karang Berahi berisi kutukan yang ditujukan kepada mereka yang tidak mematuhi perintah atau keputusan yang dikeluarkan oleh raja. Dalam konteks ini, batu tersebut tampaknya berfungsi sebagai suatu bentuk pengingat atau ancaman bagi para rakyat agar tetap setia dan patuh kepada kekuasaan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya, penguasa sangat memperhatikan kedisiplinan dan ketaatan rakyat dalam menjalankan perintah negara.
Makna Sosial dan Politik Batu Bertulis Karang Berahi
Batu Bertulis Karang Berahi memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai struktur pemerintahan dan sistem sosial pada masa Kerajaan Sriwijaya. Dikenal sebagai salah satu kerajaan maritim yang kuat dan berpengaruh, Sriwijaya mengendalikan jalur perdagangan antara India, China, dan wilayah Asia Tenggara. Sebagai kerajaan besar, Sriwijaya tidak hanya mengatur urusan perdagangan, tetapi juga memiliki sistem pemerintahan yang terorganisir dengan baik.
Tulisan pada Batu Bertulis Karang Berahi, yang berisi kutukan bagi mereka yang tidak patuh kepada raja, menggambarkan betapa pentingnya kedisiplinan dalam menjalankan pemerintahan pada masa itu. Raja di Sriwijaya diyakini memiliki kekuasaan yang sangat besar, dan setiap tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak raja dapat dianggap sebagai pengkhianatan terhadap kerajaan. Batu bertulis ini dapat dipandang sebagai simbol kekuatan otoritas raja dan cara untuk menjaga kestabilan sosial dan politik di dalam kerajaan.
Penggunaan kutukan sebagai sarana untuk mengatur perilaku rakyat juga mencerminkan adanya keyakinan terhadap kekuatan supranatural yang digunakan oleh penguasa pada masa itu. Kutukan yang tertulis di batu tersebut tidak hanya berfungsi sebagai peringatan, tetapi juga dapat dianggap sebagai bentuk pengaruh agama atau kepercayaan lokal yang masih sangat kuat pada saat itu. Sejarah mencatat bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara, yang mana ajaran moral dan etika agama ini mungkin berperan dalam membentuk sistem sosial yang terstruktur dengan ketat.
Kerajaan Sriwijaya dan Pengaruhnya terhadap Wilayah Sumatra
Kerajaan Sriwijaya, yang diperkirakan berdiri sekitar abad ke-7, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan dan peradaban di wilayah Sumatra dan sekitarnya. Sebagai kerajaan maritim yang menguasai jalur perdagangan penting, Sriwijaya menjadi pusat perdagangan, pendidikan, dan agama di Asia Tenggara. Kerajaan ini memiliki kekuatan yang tidak hanya terbatas pada wilayah daratan, tetapi juga meliputi wilayah laut yang luas, termasuk Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.
Sriwijaya dikenal dengan sistem pemerintahan yang terpusat dan efisien. Raja di Sriwijaya tidak hanya berperan sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai pemimpin agama dan budaya. Keberadaan batu bertulis ini menunjukkan bagaimana Sriwijaya menegakkan kekuasaan raja melalui berbagai bentuk simbolisme dan peringatan yang terlihat di situs-situs seperti Batu Bertulis Karang Berahi. Kutukan yang tercatat di batu ini, yang menuntut ketaatan mutlak kepada raja, mencerminkan betapa besarnya peran otoritas raja dalam menjaga ketertiban dan keamanan kerajaan.
Pengaruh budaya dan agama Sriwijaya juga terlihat dalam aspek seni, arsitektur, dan pengetahuan. Batu bertulis yang ditemukan di Karang Berahi ini adalah salah satu contoh penting dari seni tulisan dan simbolisme yang berkembang di zaman itu. Keberadaan naskah dalam aksara Pallawa menunjukkan hubungan erat antara Sriwijaya dan India, khususnya dalam hal pertukaran budaya dan agama. Selain itu, Sriwijaya juga berperan penting dalam penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara, dan banyak candi serta monumen yang dibangun pada masa itu masih dapat ditemukan di berbagai tempat, sebagai bukti kejayaan dan warisan budaya kerajaan tersebut.
Peran Batu Bertulis Karang Berahi dalam Studi Sejarah
Sebagai peninggalan sejarah yang sangat penting, Batu Bertulis Karang Berahi memberikan kontribusi besar bagi studi sejarah dan arkeologi, terutama dalam memahami lebih dalam mengenai kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Sriwijaya. Penemuan batu bertulis ini membantu para sejarawan dan arkeolog dalam memetakan jejak-jejak peradaban yang pernah ada di wilayah Sumatra, khususnya yang berhubungan dengan kekuasaan kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Batu ini juga memberikan wawasan yang lebih luas mengenai hubungan antara kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia, termasuk pengaruh budaya India dan China yang sangat kuat pada masa itu. Aksara Pallawa yang digunakan pada batu ini menunjukkan adanya pertukaran budaya yang berlangsung antara Sriwijaya dengan India Selatan, serta penerapan sistem tulisan yang digunakan dalam komunikasi resmi dan administrasi kerajaan.
Dengan mempelajari naskah yang terukir pada batu bertulis ini, para sejarawan dapat mengungkap lebih banyak tentang struktur sosial, politik, dan budaya yang ada di Sriwijaya, serta bagaimana sistem pemerintahan yang ada pada masa itu berfungsi dalam menjaga kestabilan dan keharmonisan dalam masyarakat.
Konservasi dan Perlindungan Batu Bertulis Karang Berahi
Sebagai situs bersejarah yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi, Batu Bertulis Karang Berahi memerlukan upaya konservasi yang serius untuk menjaga kelestariannya. Seiring berjalannya waktu, kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam dan kegiatan manusia dapat mengancam keberadaan situs ini. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk melakukan upaya perlindungan yang tepat, baik itu melalui penyusunan kebijakan konservasi, penelitian, maupun peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga situs-situs sejarah.
Salah satu cara untuk melindungi Batu Bertulis Karang Berahi adalah dengan menjaga kawasan sekitar dari kerusakan dan pembangunan yang tidak terkontrol. Melakukan penelitian lebih lanjut dan dokumentasi terhadap naskah yang terukir di batu tersebut juga akan sangat membantu dalam upaya pemeliharaan warisan sejarah ini.
Kesimpulan
Batu Bertulis Karang Berahi bukan hanya sebuah batu berukir yang memiliki nilai seni yang tinggi, tetapi juga sebuah dokumen sejarah yang menceritakan kisah tentang peradaban besar yang pernah ada di wilayah Sumatra. Sebagai peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya, batu ini memberikan gambaran yang jelas tentang sistem pemerintahan, budaya, dan kepercayaan yang ada pada masa itu. Melalui tulisan dalam aksara Pallawa yang terukir di atasnya, Batu Bertulis Karang Berahi menjadi saksi bisu dari betapa besar pengaruh Sriwijaya terhadap wilayah ini, serta kontribusinya terhadap perkembangan peradaban di Asia Tenggara. Sebagai warisan budaya yang berharga, batu ini harus dijaga kelestariannya agar generasi mendatang dapat terus belajar dari kebesaran masa lalu.