JAMBI28TV, LONDON – Reynhard Sinaga, mahasiswa asal Indonesia yang mendapat julukan sebagai “pemerkosa paling produktif di Inggris,” dilaporkan menjadi sasaran penyerangan di dalam penjara HMP Wakefield, tempatnya menjalani hukuman seumur hidup. Serangan itu diduga dilakukan secara terencana oleh narapidana lain pada Juli 2024, sebelum akhirnya dihentikan oleh sipir penjara.
Menurut laporan Daily Mail, Sinaga yang berusia 41 tahun hampir mengalami cedera serius akibat serangan tersebut. Seorang sumber mengatakan kepada The Sun bahwa Sinaga dianggap arogan dan sangat dibenci oleh penghuni penjara lainnya karena kejahatannya yang sangat bejat. “Dia jelas menjadi target di penjara, mengingat kejahatan yang dia lakukan,” ujar sumber tersebut.
Reynhard Sinaga dinyatakan bersalah pada Januari 2020 atas 159 serangan seksual terhadap 48 pria di Manchester, Inggris. Modusnya adalah membius korban menggunakan obat-obatan seperti GHB sebelum melakukan serangan seksual di apartemennya. Kejahatan ini berlangsung lebih dari satu dekade, dengan korban berusia antara 18 hingga 36 tahun—mayoritas merupakan pelajar.
Aksi Reynhard terbongkar pada Juni 2017 setelah salah satu korbannya, pemain rugby berusia 18 tahun, sadar saat serangan berlangsung. Korban melawan dan memukul Sinaga hingga luka parah. Awalnya, polisi menahan korban karena dugaan penganiayaan berat, namun setelah memeriksa ponsel Sinaga, ditemukan bukti lebih dari 3 terabita video dokumentasi pemerkosaan. Penemuan ini mengungkap skala kejahatan Sinaga yang sangat mengejutkan.
Dalam insiden penyerangan di penjara, pelaku yang bernama Jack McRae, 32 tahun, dilaporkan mencoba melakukan pemerkosaan terhadap Sinaga. McRae adalah narapidana dengan riwayat tindak kekerasan di penjara yang sama. Sebelumnya, McRae juga dituduh melakukan penyerangan terhadap narapidana lain, termasuk Wilbert Dyce, seorang pemerkosa dan pembunuh anak, pada tahun 2023.
Akibat insiden ini, McRae dipindahkan ke penjara Frankland di County Durham. Selain menyerang Sinaga, ia juga didakwa melakukan serangan terhadap beberapa narapidana lain, termasuk menyebabkan luka serius pada tiga korban dan menyerang seorang petugas darurat.
Kejahatan Reynhard Sinaga telah menyebabkan trauma mendalam bagi para korbannya, dengan banyak di antara mereka yang tidak mengetahui bahwa mereka menjadi korban hingga polisi memberi tahu mereka setelah analisis bukti digital. Pengadilan menggambarkan Sinaga sebagai predator seksual tanpa penyesalan, yang sengaja memanfaatkan kepercayaan orang untuk melancarkan aksinya.
Kini, meskipun telah dipenjara, Sinaga tetap menjadi figur yang kontroversial dan dibenci, bahkan oleh sesama narapidana. Insiden serangan ini menunjukkan risiko tinggi yang dihadapinya selama menjalani hukuman di penjara dengan keamanan maksimum.
Reynhard Sinaga, yang lahir di Jambi, Indonesia, dikenal sebagai mahasiswa pascasarjana yang telah tinggal di Inggris selama bertahun-tahun. Kejahatannya tidak hanya mengguncang Inggris, tetapi juga mendapat perhatian luas di Indonesia, tempat kelahirannya. Kasus ini menjadi salah satu contoh paling ekstrem dari kejahatan seksual di era modern, dengan dampak besar terhadap diskusi tentang keamanan, kepercayaan, dan penyalahgunaan kekuasaan di kalangan masyarakat.