JAMBI28.TV, JAKARTA – Nilai transaksi perdagangan karbon di Indonesia menunjukkan tren peningkatan signifikan. Hingga 11 Juli 2025, volume perdagangan di bursa karbon nasional, IDXCarbon, telah mencapai hampir 1,6 juta ton CO₂ ekuivalen dengan nilai transaksi sebesar Rp77,95 miliar.
Tak hanya itu, jumlah pelaku yang terdaftar di platform perdagangan karbon juga mengalami lonjakan tajam, dari semula 16 pengguna menjadi 113 pengguna dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.
Menyikapi perkembangan tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan buku panduan berjudul “Mengenal dan Memahami Perdagangan Karbon bagi Sektor Jasa Keuangan”, sebagai bagian dari upaya memperluas pemahaman dan meningkatkan kapasitas pelaku industri keuangan terkait mekanisme perdagangan karbon di Indonesia.
“Peluncuran buku ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kapasitas pelaku sektor jasa keuangan dalam memahami perdagangan karbon,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, saat peluncuran buku di Jakarta, Selasa (15/7).
Mahendra menjelaskan bahwa buku tersebut menyajikan penjabaran lengkap mengenai kerangka kebijakan, regulasi, dan kelembagaan perdagangan karbon, termasuk rincian kewenangan OJK dan peran kementerian/lembaga lain dalam membangun ekosistem karbon nasional.
Selain itu, buku juga membahas mekanisme perdagangan karbon, tantangan, potensi risiko, serta peran strategis sektor jasa keuangan. Menurut Mahendra, pemahaman terhadap proses audit karbon mulai dari perencanaan proyek, validasi, verifikasi, hingga pencatatan dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) sangat penting.
“Kami berharap seluruh pemangku kepentingan dapat memahami proses teknis dan administratif dalam pasar karbon secara menyeluruh,” tegas Mahendra.
Buku panduan ini juga mengidentifikasi berbagai potensi risiko dalam perdagangan karbon, termasuk penipuan (fraud), kesalahan penyajian (misstatement), dan praktik greenwashing. Untuk itu, Mahendra menekankan pentingnya sistem tata kelola yang kuat, pengawasan efektif, serta peran aktif seluruh pemangku kepentingan guna menjaga integritas pasar karbon nasional.
“Taruhannya adalah kredibilitas seluruh sistem perdagangan karbon yang menjadi bagian dari reputasi bangsa,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, mencatat peningkatan tajam pada aktivitas retirement (penghapusan dari peredaran) karbon. Jika pada 2023 tercatat hanya 6.260 ton karbon yang di-retire, maka hingga pertengahan 2025 sudah mencapai 98.400 ton.
“Lonjakan ini menunjukkan komitmen kuat perusahaan-perusahaan tercatat dalam mendorong dekarbonisasi,” ujar Iman.
Dengan ekosistem yang terus berkembang, Indonesia menapaki langkah strategis dalam menghadirkan pasar karbon yang kredibel, transparan, dan berdaya saing dalam mendukung agenda pengurangan emisi dan pembangunan berkelanjutan.