JAMBI28TV, JAMBI – Dalam perhelatan Pemilihan Kepala Daerah di Kota Jambi, debat kandidat telah dilaksanakan sebanyak dua kali. Debat pertama berlangsung pada tanggal 3 November 2024, yang menampilkan para calon Walikota, sementara debat kedua pada tanggal 8 November 2024 mempertemukan para calon Wakil Wali Kota. Debat kedua ini diadakan oleh KPU Kota Jambi di Gedung Ratu Convention Center (RCC) Jambi dan dimulai pada pukul 20.00 WIB, mengusung tema yang krusial, yaitu “Tata Kelola Kepemerintahan dan Pengawasan yang Transparan dan Berkeadilan.”
KPU sendiri, sesuai dengan Keputusan KPU Nomor 1363 Tahun 2024, menetapkan tujuan dari debat ini dengan jelas, yakni untuk menyebarluaskan profil, visi, misi, dan program kerja para calon kepada masyarakat, memberikan informasi yang komprehensif bagi pemilih, dan menggali lebih jauh tema-tema krusial yang diangkat dalam kampanye. Lewat ketentuan ini, KPU berupaya menjadikan debat terbuka sebagai ruang bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi langsung dari para calon pemimpin, sekaligus sebagai panggung bagi para calon untuk menunjukkan integritas, ketegasan, orientasi kepemimpinan mereka.
Debat calon Wakil Wali Kota Jambi 2024 memberikan panggung bagi kandidat untuk mempresentasikan visi-misi mereka secara mendalam dan menegaskan komitmen terhadap isu-isu krusial bagi masyarakat. Acara ini bukan sekadar ajang transaksi janji, melainkan kesempatan bagi para calon untuk memperlihatkan keahlian dalam komunikasi, pengetahuan dan penguasaan terhadap isu-isu lokal, dan kapasitas menghadapi tekanan dalam konteks perdebatan publik. Tema transparansi, akuntabilitas, pemberantasan korupsi, dan peningkatan layanan publik menjadi pokok pembahasan yang tidak hanya mencerminkan kepedulian para calon terhadap isu tersebut, tetapi juga memberi publik kesempatan untuk menilai nilai-nilai kepemimpinan dan pendekatan mereka.
Ketenangan Diza
Dalam debat calon Wakil Wali Kota Jambi 2024, Diza Hazra Aljosha (Calon Wakil Walikota Jambi Nomor Urut 01) memulai penyampaian visi dan misinya dengan cara yang cukup unik: ia berbicara tanpa membaca teks. Gaya komunikasi ini tampaknya sepele, tetapi menyimpan makna mendalam jika ditinjau dari perspektif filsafat komunikasi. Pilihan Diza untuk tidak menggunakan teks, bukan hanya wujud kepercayaan diri, lebih dari itu merupakan bukti nyata dari komitmennya terhadap prinsip keterbukaan, autentisitas, dan integritas sebagai calon pemimpin.
Dalam komunikasi, keterbukaan adalah kunci bagi hubungan yang saling menghargai antara komunikator dan audiens. Berbicara tanpa teks memberi kesan bahwa Diza tidak sekadar menyampaikan janji-janji politik yang telah dirancang dengan matang oleh tim kampanye atau pihak ketiga, tetapi berbicara langsung dari pemahaman dan penguasaan pribadinya terhadap isu-isu yang menjadi tema debat. Hal menunjukkan bahwa tak ada jarak antara dirinya dan public kota Jambi, Diza memerankan komunikasi yang lebih otentik, jujur dan hangat, Diza bukan hanya ingin tampil menarik, tetapi juga siap berdialog dan mendengarkan.
Pemaparan tanpa ketergantungan pada teks membawa dampak positif dalam membangun kepercayaan pemilih. Ketika kandidat mampu menyampaikan gagasan tanpa ketergantungan pada teks, ia menunjukkan penguasaan penuh atas program yang ia tawarkan. Hal ini menegaskan kesiapan Diza dalam menghadapi situasi tak terduga yang mungkin muncul selama debat atau bahkan saat ia menjabat. Ia tampil sebagai calon pemimpin yang tidak hanya paham prinsip-prinsip yang ia usung, seperti transparansi dan akuntabilitas, tetapi juga memiliki fleksibilitas dan ketenangan dalam meresmpon kritik dan pertanyaan kritis.
Pada sessi sessi selanjutnya, Diza tampak menikmati perdebatan, baik dalam merespon setiap pertanyaan maupun dalam memberikan pertanyaan kepada kandidat nomor urut 01. Ketenangan dalam menjawab setiap pertanyaan panelis yang disampaikan oleh moderator menunjukkan kematangan dan kedewasaan emosional Diza. Sikap ini mencerminkan bahwa Diza mampu menghadapi tekanan tanpa kehilangan fokus, serta memahami tema debat dengan baik. Ketika seorang calon bersikap tenang, ia menunjukkan kesiapan untuk mendengarkan, menganalisis, dan memberikan jawaban yang terstruktur yang menjadi indikasi bahwa ia memiliki kemampuan untuk memimpin dengan bijaksana dalam situasi apa pun. Publik yang menyaksikan akan melihat ketenangan ini sebagai tanda bahwa kandidat memiliki personality yang matang.
Sebaliknya, kandidat yang cenderung emosional, menunjukkan kemarahan, atau memberikan respons tanpa jawaban yang jelas justru memunculkan kebingungan di mata publik. Sikap ini mengindikasikan kurangnya kontrol diri dan reaktif, bukan dengan pemikiran yang matang bahkan cenderung kehilangan arah. Ketika jawaban tidak disampaikan dengan lugas dan fokus pada solusi juga mengindikasikan bahwa kandidat tidak menguasai ragam persoalan yang berkaitan dengan tema debat, maka dapat diduga bahwa pemilih akan sulit memahami rencana dan visi kepemimpinan kandidat tersebut yang berujung pada pertanyaan, apakah kandidar tersebut benar-benar siap dan memiliki karakter positif yang kuat dalam menghadapi kompleksitas persoalan di Kota Jambi.
Diza dan Prinsip SMART
Dalam ilmu manajemen, kita mengenal Prinsip SMART, Prinsip ini dipopulerkan oleh George T. Doran dalam artikelnya tahun 1981 berjudul “There’s a S.M.A.R.T. Way to Write Management’s Goals and Objectives”. Dalam artikelnya, Doran menguraikan SMART sebagai pendekatan dalam perencanaan strategis dan manajemen. SMART merupakan singkatan dari Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-bound, dan sejak itu, kerangka ini telah diterapkan secara luas dalam proyek, serta pengembangan pribadi dan professional.
Nampaknya pendekatan inilah yang digunakan oleh Diza pada setiap sessi debat. Pendekatan SMART yang digunakan oleh Diza dalam debat calon Wakil Wali Kota Jambi 2024 menawarkan dimensi politik yang lebih mendasar dari sekedar aspek elektoral, di mana visi dan misi seorang pemimpin tidak hanya dilihat sebagai serangkaian kata-kata, tetapi sebagai komitmen terhadap tindakan konkret yang terarah, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks politik, pendekatan ini menggambarkan hubungan antara retorika dan aksi, antara harapan dan realitas yang dihadapi oleh masyarakat. SMART bagi Diza bukan hanya kerangka untuk menyusun dokumen visi-misi, melainkan juga sebuah upaya untuk menjembatani harapan publik dengan capaian yang dapat diukur dengan tahapan tahapan yang sangat jelas.
Sesuai dengan tema debatm Diza Hazra Aljosha, berfokus pada transparansi dan akuntabilitas, dengan visi untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif, dan responsif. Melalui gaya komunikasi yang tegas namun menenangkan, Diza membangun kepercayaan publik dengan menekankan pentingnya reformasi struktural yang dapat memberantas praktik pungutan liar. Dengan menawarkan tata kelola pemerintahan yang berbasis teknologi, Diza mengedepankan efisiensi pelayanan dan pengurangan risiko kecurangan. Ia mempromosikan sistem BALAP (Bahagia, Berintegritas, Layanan Anti Pungli) sebagai upaya untuk memastikan bahwa setiap transaksi dan layanan pemerintah bersifat transparan, mudah diakses oleh masyarakat, serta bebas dari korupsi dan pungutan liar. Dalam konsep ini, Diza berkomitmen untuk memanfaatkan sistem teknologi yang memungkinkan masyarakat mendapatkan akses informasi yang lebih mudah dan cepat, tanpa harus melalui transaksi tatap muka yang berpotensi menimbulkan penyimpangan.
Selain itu, Diza menyoroti pentingnya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), di mana pemerintah akan melakukan audit secara berkala untuk memastikan setiap instansi dan aparatur negara bekerja dengan efektif dan efisien. Program ini dirancang untuk memastikan bahwa ASN dan pejabat publik memiliki akuntabilitas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Salah satu aspek inovatif dalam program Diza adalah pengawasan melalui E-Kinerja, di mana seluruh ASN diwajibkan memiliki akun digital untuk mengunggah laporan kinerja mereka setiap hari. Sistem ini, selain mendorong akuntabilitas, akan berfungsi sebagai dasar pemberian insentif yang sesuai dengan kinerja aktual. Artinya, ASN yang bekerja dengan baik dan mencapai target kinerja akan menerima penghargaan yang sepadan, menciptakan lingkungan kerja yang adil dan berorientasi pada hasil.
Pendekatan Diza yang memanfaatkan teknologi ini menunjukkan keinginannya untuk menumbuhkan budaya kerja yang berbasis integritas dan produktivitas di kalangan ASN Jambi. Melalui sistem aplikasi terintegrasi yang user-friendly, Diza berupaya agar setiap lapisan masyarakat Jambi, mulai dari ASN hingga publik umum, memiliki akses yang lebih transparan dan interaktif terhadap kinerja pemerintah. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan layanan publik, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung keterbukaan informasi dan akuntabilitas. Masyarakat dapat melihat bagaimana pemerintah bekerja dan bagaimana hasil kerja pemerintah berbanding lurus dengan insentif yang diterima ASN, sehingga program yang ditawarkan menjadi langkah nyata dalam mengikis praktik-praktik negatif dalam pemerintahan.
Dengan menekankan pendekatan yang berbasis nilai-nilai kejujuran, transparansi, dan efisiensi, mencerminkan model kepemimpinan yang berorientasi pada jangka panjang. Dia ingin menunjukkan bahwa reformasi pemerintahan bukan hanya semata mata soal perubahan kebijakan, tetapi juga soal pembentukan sistem yang mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Komitmennya untuk memberantas korupsi/ pungli, mengoptimalkan pelayanan publik, dan menciptakan pemerintahan yang efektif menunjukkan bahwa Diza tidak sekadar menawarkan janji politik, tetapi juga visi kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai integritas dan tanggung jawab sosial yang dapat dipercaya.
Diza menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah tentang suara yang keras atau sorakan yang menggema, melainkan tentang ketenangan yang menyelam ke dalam inti persoalan. Ia tidak hanya menawarkan janji, ia menawarkan rencana yang terperinci, yang dapat diukur, yang bisa dicapai dengan tahapan yang kongkret dan dengan peta jalan yang jelas.
العلم في الصدور لا في السطور
“Ilmu sesungguhnya terekam jelas di dalam hati, bukan sekadar tulisan yang melekat di lembar kertas.” (Imam Ghazali)
Walllahua’lam
Penulis: Hafizen MSc
Pernah menjabat sebagai Capacity Building Senior Officer the Wahid Foundation Jakarta dan Direktur Lembaga Konsultan Digital Branding Yogyakarta. Saat ini Aktif sebagi Dosen UIN STS Jambi dan Pengurus Inti ICMI Orda Kota Jambi periode 2023-2028. Pemerhati dan Pakar Komunikasi Publik.