JAMBI28.TV, JAMBI – Candi Solok Sipin yang terletak di Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, merupakan salah satu peninggalan penting dari masa peradaban Hindu-Buddha. Diperkirakan dibangun antara abad ke-7 hingga ke-13 Masehi, candi ini menjadi satu-satunya situs sejarah dari era tersebut yang berada di wilayah Kota Jambi. Meski memiliki nilai sejarah yang tinggi, kondisi situs saat ini sangat memprihatinkan. Bangunan candi yang berada di tepi Sungai Batanghari tersebut kini hanya tersisa berupa reruntuhan dan belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pihak pemerintah.
Dahalim (70), warga yang telah tinggal di sekitar lokasi sejak 1994, mengungkapkan rasa prihatinnya terhadap keadaan situs tersebut. Ia menyayangkan bahwa keberadaan candi ini masih belum dikenal luas, baik oleh masyarakat Jambi sendiri maupun oleh pengunjung dari luar daerah.
“Masih banyak warga, baik dari Jambi maupun dari provinsi lain, yang belum tahu ada candi di sini,” ujar Dahalim pada Jumat, 18 April 2025. Menurutnya, pengunjung situs ini justru lebih banyak datang dari luar negeri ketimbang dari dalam negeri.
“Banyak turis dari luar negeri, seperti Thailand dan Jepang, yang datang mencari lokasi Candi Solok Sipin,” tambahnya.
Sayangnya, kurangnya informasi dan petunjuk arah menjadi kendala utama bagi para pengunjung. “Banyak dari mereka tersesat karena tidak ada plang penunjuk arah di pinggir jalan,” katanya.
Candi ini sebenarnya sudah menjadi objek penelitian sejak lama. Peneliti Belanda C.J. Neeb pernah meneliti situs ini pada tahun 1902, disusul oleh peneliti Indonesia pada 1954. Selain itu, laporan ilmiah dari SC Crooke pada tahun 1820 dalam survei DAS Batanghari juga mencantumkan candi ini. FM Schnitger, peneliti lainnya, menemukan arca Buddha setinggi 1,72 meter pada tahun 1937, yang diduga berasal dari abad ke-8 Masehi.
Sayangnya, kekayaan sejarah yang terkandung di dalamnya belum dibarengi dengan upaya pelestarian yang maksimal dari pemerintah daerah. “Kami berharap Pemerintah Kota Jambi bisa memperhatikan situs ini, membenahi pagar dan membangun gapura, agar keberadaan candi ini lebih terlihat,” ujar Dahalim.
Andi, perwakilan komunitas Jejak Kebudayaan Jambi, juga menyampaikan pandangan serupa. Ia menilai Candi Solok Sipin memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah. Terlebih lagi, lokasinya sangat dekat dengan Danau Sipin, yang juga merupakan kawasan wisata.
“Kalau dikelola dengan baik, situs ini bisa menjadi tempat wisata sejarah dan budaya satu-satunya dari masa Hindu-Buddha di Kota Jambi,” kata Andi. Ia berharap pemerintah dapat turun tangan untuk mengembangkan dan memanfaatkan situs ini sebagai pusat edukasi dan tujuan wisata sejarah yang menarik bagi masyarakat umum, pelajar, serta para peneliti. (*)