JAMBI28TV, BATANGHARI – Sebuah curhatan yang mengharukan dari seorang Da’i bernama Ahmat Taufiq mendadak viral di media sosial. Dalam unggahannya, Ahmat mengungkapkan rasa kekecewaan dan keprihatinannya atas fitnah yang menimpanya, serta masalah gaji yang belum dibayar oleh pemerintah daerah.
Ahmat Taufiq, yang telah berdedikasi menyebarkan ajaran Islam di Kecamatan Batang Hari, Kabupaten Batang Hari, Jambi sejak tahun 2007, merasa dirinya difitnah oleh tim sukses (timses) salah satu pasangan calon (Paslon) dalam Pilkada beberapa bulan lalu. Dalam pernyataan yang mengundang perhatian publik, Ahmat menceritakan bahwa dirinya dituduh memilih kotak kosong, padahal sebenarnya ia hanya menjalankan perintah dari koordinator kelurahan untuk mendata warga yang memilih Paslon 02. Bahkan, ia mengaku telah menyalurkan amplop berisi uang senilai Rp 50.000 kepada warga yang telah didata.
“Aku tidak pernah memilih kotak kosong. Saya hanya menjalankan tugas yang diberikan koordinator kelurahan untuk mendata warga, dan memberi mereka amplop yang sudah dipersiapkan,” ungkap Ahmat dalam unggahan yang tersebar luas di media sosial.
Akibat fitnah tersebut, Ahmat mengaku mengalami dampak yang cukup besar. Pada tes ulang untuk melanjutkan tugasnya sebagai Da’i di tahun 2025 mendatang, ia dinyatakan tidak lulus. Padahal, sejak tahun 2007, Ahmat telah mengabdikan dirinya sebagai Da’i, dengan tujuan menyebarkan dakwah Islam di wilayah tersebut.
Lebih lanjut, Ahmat juga mengungkapkan bahwa gajinya yang seharusnya dibayar oleh pemerintah daerah selama empat bulan terakhir belum diterima. Menurutnya, masalah ini sudah dilaporkan ke pihak yang berwenang, namun hingga kini belum ada solusi yang diberikan.
“Gaji saya sudah empat bulan belum dibayar, dan tidak ada tanggapan atau solusi dari pemerintah daerah. Ini sangat memberatkan saya dan keluarga,” ujarnya dengan nada penuh kekecewaan.
Tak hanya itu, Ahmat juga menyatakan bahwa ia akan mengembalikan kendaraan operasional yang selama ini digunakan untuk tugas dakwah. Ia merasa bahwa keputusan tersebut adalah langkah terbaik, mengingat situasi yang semakin sulit baginya.
Meskipun tengah menghadapi kesulitan, Ahmat menegaskan bahwa ia tidak akan menyerah. Ia berharap kisahnya ini bisa menjadi perhatian pemerintah daerah agar ada perhatian lebih terhadap nasib para Da’i yang selama ini mengabdi tanpa pamrih.
Cerita Ahmat Taufiq ini mendapat respons yang beragam dari masyarakat. Banyak yang merasa empati terhadap perjuangan Ahmat dan mendesak pemerintah daerah untuk segera menyelesaikan masalah gaji dan keadilan bagi para Da’i yang sudah lama mengabdi. Di sisi lain, beberapa netizen juga memberikan dukungan moral kepada Ahmat agar tetap semangat dalam menjalankan tugas dakwahnya.(Ilham)