JAMBI28TV, JAKARTA – Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3 September 2024 menjadi momen bersejarah yang sangat dinantikan oleh umat Katolik di Tanah Air. Ini adalah kali pertama seorang Paus mengunjungi Indonesia dalam 35 tahun terakhir, sejak kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989. Tidak hanya menjadi sorotan karena jarangnya peristiwa ini, tetapi juga karena gaya hidup sederhana dan pesan moral yang kuat yang dibawa oleh Paus Fransiskus. Berikut ini lima fakta menarik seputar kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia yang patut disimak.
1. Paus Fransiskus: Paus Pertama dari Benua Amerika
Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama asli Jorge Mario Bergoglio, adalah Paus Gereja Katolik ke-266. Ia lahir di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936. Uniknya, Paus Fransiskus merupakan Paus pertama dari benua Amerika dan Paus non-Eropa pertama sejak Paus Gregorius III dari Suriah yang meninggal pada tahun 741. Sebagai seorang Paus yang berasal dari Argentina, latar belakangnya yang multikultural dan pengalamannya di Amerika Latin memberikan warna tersendiri dalam kepemimpinannya di Vatikan.
Sebelum diangkat menjadi Paus pada 13 Maret 2013, Fransiskus adalah Uskup Agung Buenos Aires. Selama masa kepemimpinannya, ia dikenal sebagai sosok yang sederhana dan merakyat. Lahir dari pasangan imigran Italia, Mario José Bergoglio dan Regina María Sívori, yang menetap di Buenos Aires, Paus Fransiskus dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan kerja keras. Hal ini membentuk karakternya yang kuat dalam mengedepankan kepedulian terhadap sesama, terutama kaum miskin dan terpinggirkan.
Kehadirannya di Indonesia menjadi simbol penting dalam mempererat hubungan antarumat beragama dan menyampaikan pesan perdamaian di tengah keberagaman bangsa Indonesia.
2. Penolakan terhadap Kemewahan Tradisional Vatikan
Salah satu hal yang paling dikenal dari Paus Fransiskus adalah gaya hidupnya yang jauh dari kemewahan. Meskipun ia memegang posisi tertinggi dalam Gereja Katolik dunia, Paus Fransiskus memilih untuk menjalani kehidupan yang sederhana. Hal ini tercermin dalam berbagai keputusan yang diambilnya, termasuk menolak tinggal di Istana Apostolik Vatikan, yang telah menjadi tempat tinggal resmi para Paus sejak abad ke-17.
Paus Fransiskus lebih memilih tinggal di Domus Sanctae Marthae, sebuah wisma sederhana di dalam kompleks Vatikan yang biasanya digunakan sebagai tempat tinggal sementara para kardinal selama konklaf untuk memilih Paus baru. Di sana, ia tinggal di sebuah apartemen kecil dengan dua kamar, jauh dari kemewahan yang biasanya melekat pada jabatan seorang kepala negara.
Sikapnya yang menolak kemewahan ini juga terlihat dalam kebiasaannya yang memilih untuk membawa tasnya sendiri, menggunakan kendaraan biasa, dan sering kali berinteraksi langsung dengan masyarakat, termasuk mereka yang kurang beruntung. Paus Fransiskus ingin menunjukkan bahwa kekuasaan dan kemewahan bukanlah inti dari kepemimpinan, melainkan pengabdian kepada sesama manusia.
3. Menggunakan Pesawat Komersial untuk Kunjungan Apostolik
Dalam perjalanan apostoliknya ke Indonesia, Paus Fransiskus kembali menunjukkan kesederhanaannya dengan memilih menggunakan pesawat komersial. Bukannya menggunakan jet pribadi seperti yang umumnya dilakukan oleh kepala negara atau pemimpin dunia lainnya, Paus Fransiskus lebih memilih untuk terbang bersama rombongan staf Takhta Suci dan awak media dengan menggunakan pesawat Airbus A330-900 dari ITA Airways.
Penerbangan ini berangkat dari Bandara Internasional Leonardo da Vinci di Fiumicino, Roma, dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah menempuh perjalanan selama 13 jam. Pilihan untuk menggunakan pesawat komersial ini bukanlah tanpa alasan. Paus Fransiskus ingin menyampaikan pesan bahwa meskipun ia memegang jabatan tinggi, ia tidak ingin menempatkan dirinya di atas orang lain. Ini adalah bagian dari prinsip hidupnya yang menghargai kesederhanaan dan kebersamaan.
Keputusan ini juga mendapat apresiasi dari banyak pihak, karena menunjukkan bahwa Paus Fransiskus benar-benar mempraktikkan apa yang ia khotbahkan tentang hidup sederhana dan rendah hati.
4. Misa Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno
Salah satu acara puncak dari kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia adalah misa akbar yang akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada 5 September 2024. Misa ini diperkirakan akan dihadiri oleh ratusan ribu umat Katolik dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan beberapa dari negara tetangga. Acara ini juga akan disiarkan secara langsung melalui live streaming, memungkinkan umat Katolik di seluruh dunia untuk turut serta dalam perayaan ini.
Misa akbar ini bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga momen penting dalam sejarah Gereja Katolik di Indonesia. Paus Fransiskus akan menyampaikan pesan perdamaian dan persatuan dalam khotbahnya, yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seluruh umat beragama di Indonesia untuk terus menjaga harmoni dan kerukunan.
Selain itu, misa ini juga menjadi simbol kuat dari dukungan Paus Fransiskus terhadap umat Katolik di Indonesia, yang meskipun merupakan minoritas, tetap teguh dalam iman dan kontribusinya terhadap bangsa.
5. Menginap di Kedutaan Besar Vatikan, Bukan di Hotel Mewah
Selama kunjungannya di Indonesia, Paus Fransiskus memilih untuk tidak menginap di hotel berbintang seperti yang umumnya dilakukan oleh para pemimpin dunia. Sebaliknya, ia memilih untuk tinggal di Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta. Keputusan ini kembali mencerminkan kesederhanaan yang selalu diusung oleh Paus Fransiskus.
Kedutaan Besar Vatikan, yang berlokasi di kawasan diplomatik di Jakarta, menjadi tempat tinggal sementara bagi Paus Fransiskus dan rombongannya. Tempat ini dipilih bukan hanya karena alasan keamanan, tetapi juga karena Paus Fransiskus merasa lebih nyaman tinggal di tempat yang sederhana dan tidak mencolok. Dalam pandangannya, sebuah perjalanan apostolik seharusnya lebih fokus pada misi spiritual dan kemanusiaan, bukan pada fasilitas mewah yang ditawarkan oleh tempat-tempat penginapan.
Selama berada di Kedutaan Besar Vatikan, Paus Fransiskus juga dijadwalkan untuk menerima tamu-tamu penting, termasuk para pemimpin agama dan tokoh-tokoh masyarakat Indonesia. Pertemuan ini diharapkan dapat mempererat hubungan antara Gereja Katolik dan komunitas-komunitas agama lainnya di Indonesia, serta memperkuat dialog antaragama yang telah lama menjadi fokus perhatian Paus Fransiskus.
Kunjungan Bersejarah yang Meninggalkan Jejak
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan hanya menjadi momen bersejarah bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. Lima fakta yang telah dibahas menunjukkan bahwa Paus Fransiskus adalah sosok pemimpin yang unik, yang selalu mengedepankan kesederhanaan, kerendahan hati, dan kepedulian terhadap sesama. Gaya hidupnya yang jauh dari kemewahan dan pilihannya untuk selalu berada di dekat rakyat jelata, menjadikan kunjungan ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi juga peringatan akan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Paus Fransiskus, dengan segala kesederhanaan dan ketulusan hatinya, meninggalkan jejak yang dalam di hati umat Katolik Indonesia. Kunjungannya diharapkan dapat memperkuat iman dan semangat persatuan di tengah keberagaman yang ada di Indonesia, serta menjadi inspirasi bagi semua orang untuk hidup dalam damai dan harmoni, seperti yang selalu diusung oleh Gereja Katolik.