JAMBI28.TV, JAMBI – Sebagai konten kreator, pasti ada rasa bangga ketika sebuah konten yang dibuat berhasil viral. Banyaknya interaksi, like, komentar, dan shares yang datang tiba-tiba membuat perasaan menjadi puas. Namun, sering kali setelah mencapai puncak popularitas, sebuah konten bisa tiba-tiba mengalami penurunan drastis dalam jumlah tampilan (view), interaksi, dan bahkan perhatian dari audiens. Perubahan ini dapat terjadi begitu cepat dan mengejutkan, membuat konten kreator bertanya-tanya apa penyebabnya.
Turunnya view dan interaksi bukanlah hal yang langka di dunia media sosial. Bahkan, hampir semua konten yang pernah viral mengalami fase ini. Banyak faktor yang dapat memengaruhi performa konten di media sosial, dan tidak semuanya berkaitan dengan kualitas konten itu sendiri. Dalam artikel ini, akan dibahas beberapa penyebab utama mengapa konten yang pernah viral bisa mengalami penurunan view yang signifikan dan apa yang bisa dilakukan untuk menghadapinya.
1. Perubahan Algoritma Media Sosial
Salah satu faktor paling umum yang menyebabkan penurunan tampilan adalah perubahan algoritma media sosial. Platform seperti Instagram, YouTube, TikTok, dan lainnya terus memperbarui algoritma mereka untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Sayangnya, perubahan ini kadang dapat berdampak negatif pada konten yang sebelumnya viral.
Algoritma media sosial menentukan jenis konten yang muncul di feed audiens berdasarkan berbagai faktor, seperti tingkat interaksi, relevansi, waktu, dan sebagainya. Ketika platform melakukan perubahan pada algoritma, konten yang dulu mendapatkan banyak exposure bisa tiba-tiba terhalang atau tidak lagi muncul di feed pengikut.
Misalnya, jika algoritma berubah untuk lebih memprioritaskan konten video singkat atau postingan dari teman dan keluarga, konten kreator yang biasanya mengandalkan jenis konten tertentu bisa merasakan penurunan drastis dalam tampilan. Konten yang tidak dioptimalkan dengan baik untuk algoritma yang baru ini mungkin jadi kurang terlihat oleh audiens lama atau bahkan audiens baru.
2. Kepuasan Audiens yang Sementara
Konten viral biasanya menarik perhatian banyak orang dalam waktu singkat, namun tidak semua audiens yang terlibat akan tetap tertarik dalam jangka panjang. Audiens cenderung mencari konten yang fresh, relevan, atau dapat memberi mereka nilai lebih. Jika konten yang dibuat hanya mengikuti tren sesaat atau terlalu bergantung pada elemen yang bersifat sementara, seperti meme viral, maka bisa dipastikan akan ada penurunan minat setelah audiens merasa “kenyang” dengan konten tersebut.
Misalnya, jika konten viral tersebut berdasarkan sebuah tren atau tantangan yang hanya populer dalam waktu singkat, maka seiring berjalannya waktu, audiens akan mulai beralih ke tren lainnya. Ketika minat audiens menurun, performa konten akan menurun secara drastis.
Audiens yang pertama kali menonton konten yang viral bisa jadi tertarik karena faktor kebaruan dan keunikan. Namun, seiring berjalannya waktu, ketika audiens sudah melihat banyak konten serupa, mereka mungkin merasa bosan atau kehilangan ketertarikan. Inilah alasan mengapa banyak konten yang viral hanya memiliki masa hidup yang singkat.
3. Persaingan yang Meningkat
Setelah sebuah konten viral, bisa jadi banyak konten kreator lain yang mencoba meniru gaya atau tema yang sama. Dengan kata lain, semakin banyak konten yang serupa muncul, semakin tinggi pula tingkat persaingan di antara para kreator. Ketika konten yang viral tersebut sudah dianggap “mainstream” atau “biasa saja,” audiens cenderung beralih untuk mencari hal-hal baru yang lebih segar.
Dalam kasus seperti ini, meskipun konten kreator sudah pernah sukses membuat sebuah video atau postingan yang viral, tapi kesuksesan tersebut tidak menjamin bahwa konten selanjutnya akan berhasil meraih perhatian yang sama. Penurunan view dapat terjadi karena audiens mulai kehilangan minat terhadap konten yang terkesan “terlalu sering” muncul atau terasa sudah tidak lagi unik.
Selain itu, banyaknya konten baru dengan tema yang sama akan menyebabkan audiens sulit untuk menemukan konten yang dulu viral, karena algoritma platform media sosial semakin sibuk menyarankan konten baru dari berbagai kreator.
4. Kualitas Konten yang Tidak Konsisten
Pernahkah mengalami penurunan view meski konten yang dibuat memiliki kualitas yang sama atau lebih baik daripada sebelumnya? Salah satu penyebabnya adalah ketidakonsistenan dalam kualitas konten. Meskipun konten pertama bisa viral karena faktor kebaruan, ada kemungkinan besar bahwa kualitas konten selanjutnya tidak sebaik yang pertama.
Pengikut atau audiens biasanya akan mengharapkan kualitas konten yang terus meningkat. Jika konten kreator tidak dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas konten mereka, audiens mungkin merasa kecewa dan mulai mengurangi interaksi mereka. Bahkan, algoritma media sosial pun cenderung memberi lebih banyak exposure kepada konten yang terus menarik perhatian dan mendapat banyak interaksi. Jika kualitas konten menurun, maka audiens akan berpaling dan algoritma pun akan menurunkan peringkatnya.
Untuk menghindari penurunan drastis dalam performa konten, penting untuk menjaga kualitas tetap konsisten, dan bahkan berusaha untuk meningkatkan kualitas konten setiap kali mengunggah sesuatu yang baru. Cobalah untuk bereksperimen dengan format, tema, dan gaya baru agar audiens terus terlibat dan terkesan.
5. Penggunaan Hashtag dan Tagging yang Tidak Tepat
Hashtag adalah salah satu cara untuk meningkatkan visibilitas konten di media sosial. Namun, menggunakan hashtag yang tidak tepat atau berlebihan bisa menyebabkan penurunan tampilan. Jika sebuah konten pernah viral karena penggunaan hashtag yang populer, tetapi konten berikutnya tidak lagi memanfaatkan hashtag secara optimal, ini bisa memengaruhi visibilitas.
Platform seperti Instagram dan TikTok sangat bergantung pada hashtag untuk menentukan jenis konten yang akan ditampilkan di feed pengguna. Jika konten kreator tidak menggunakan hashtag yang relevan atau terlalu banyak menggunakan hashtag yang tidak sesuai dengan audiens, maka tampilan konten bisa menurun drastis.
Selain itu, jika sebuah konten viral menggunakan hashtag yang sangat populer pada waktu tertentu, namun setelah itu tren tersebut memudar, maka konten yang sama dengan hashtag yang sama bisa jadi tidak mendapatkan jangkauan yang luas lagi.
6. Terlalu Banyak Promosi atau Endorsement
Konten kreator yang sukses sering kali menerima tawaran kerja sama atau endorsement produk. Meskipun kolaborasi dengan merek bisa menjadi sumber pendapatan yang bagus, namun jika terlalu sering mempromosikan produk atau layanan, audiens mungkin merasa konten menjadi kurang autentik dan terlalu berfokus pada promosi. Ini bisa menyebabkan penurunan interaksi dan tampilan.
Banyak pengikut atau audiens yang awalnya tertarik karena konten kreator menunjukkan sisi pribadi atau kehidupan sehari-hari mereka. Namun, jika konten mulai terasa seperti iklan yang terus-menerus, audiens akan merasa kurang terhubung, dan akhirnya mengurangi interaksi. Audiens ingin merasakan hubungan yang nyata dengan konten kreator, bukan hanya melihat mereka sebagai saluran promosi.
Konten kreator harus menemukan keseimbangan antara promosi dan konten pribadi. Promosi yang terlalu sering bisa menyebabkan audiens merasa jenuh, sementara terlalu sedikit promosi mungkin membuat kreator kehilangan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan.
7. Faktor Waktu dan Musim
Konten yang viral sering kali berkaitan dengan waktu yang tepat. Sebagai contoh, konten yang dibuat selama liburan atau pada perayaan tertentu bisa mendapatkan banyak perhatian karena relevansi waktunya. Namun, ketika musim atau waktu tersebut berakhir, relevansi konten pun akan berkurang, dan tampilan akan menurun.
Misalnya, konten yang viral selama musim liburan Natal atau Tahun Baru mungkin tidak akan mendapatkan banyak perhatian setelah liburan selesai. Oleh karena itu, jika konten sangat terkait dengan musim atau acara tertentu, audiens cenderung tidak akan tertarik setelah waktu tersebut berlalu.
Untuk menjaga relevansi dan terus menarik perhatian audiens, kreator perlu membuat konten yang lebih evergreen, yaitu konten yang tetap relevan sepanjang tahun. Konten yang tidak terikat pada musim atau tren tertentu cenderung memiliki umur yang lebih panjang dan dapat terus menarik audiens.
8. Ketergantungan pada Satu Jenis Konten
Konten yang viral sering kali sukses karena ada faktor kejutan atau elemen baru yang membuat audiens tertarik. Namun, jika kreator hanya mengandalkan satu jenis konten saja misalnya video lucu, meme, atau tutorial penurunan akan terjadi ketika audiens mulai merasa bahwa konten tersebut menjadi monoton.
Ketergantungan pada satu jenis konten bisa menyebabkan audiens kehilangan minat. Untuk menjaga agar view tetap stabil atau meningkat, konten kreator harus berani bereksperimen dan mencoba berbagai format konten yang berbeda. Ini termasuk mencoba berbagai jenis video, postingan gambar, atau cerita yang lebih bervariasi.
Kesimpulan
Penurunan tampilan pada konten yang pernah viral adalah fenomena yang biasa terjadi di dunia media sosial. Banyak faktor yang memengaruhi hal ini, mulai dari perubahan algoritma, kepuasan audiens yang sementara, hingga kualitas konten yang tidak konsisten. Namun, ini bukanlah akhir dari perjalanan sebagai konten kreator. Dengan memahami penyebab penurunan tersebut, konten kreator bisa mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas konten, beradaptasi dengan perubahan algoritma, dan terus menjaga keterlibatan audiens.
Untuk terus berkembang, penting bagi kreator untuk berinovasi, menjaga kualitas konten, serta mencoba pendekatan baru yang dapat menarik perhatian audiens. Dunia media sosial selalu berkembang, dan dengan kemampuan untuk beradaptasi, konten kreator bisa menjaga keberhasilan jangka panjang.